Sebuah Essay Tentang Efektivitas Pembelajaran dan Motivasi Siswa

Dalam postingan kali ini, saya menulis sebuah essay yang bertajuk dunia pendidikan tentang keprihatinan penulis terhadap kondisi di lapangan bahwasanya masih banyak terjadinya kegiatan pembelajaran yang berlangsung secara tidak efektif dan efisien serta  menimbulkan kekerasan di dunia pendidikan.

Hal ini menjadi sebuah PR bagi setiap insan pendidikan untuk terus berupaya menciptakan peningkatan kulitas pendidikan agar dapat mencapai hasil pembelajaran yang maksimal. Atas dasar itulah tulisan ini saya buat untuk dapat menjembatani problematika pendidikan yang kerap dihadapi oleh setiap guru sebagai pemangku pendidikan.

Dalam tulisan ini pula saya menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat, Drs. Sukadi seorang praktisi pendidikan yang telah menulis sebuah buku yang berjudul, “Guru Powerfull: Guru Masa Depan” yang telah menginspirasi saya untuk menulis essay ini dan  meneruskan serta mengembangkan ilmu pengetahuan bagi siapapun para calon penerus bangsa di masa depan dalam mendukung peningkatan pendidikan Indonesia agar dapat bersaing di kancah internasional.

Semoga tulisan ini dapat menjadi jawaban permasalahan para guru dalam membangun motivasi para siswa atau setidaknya memberikan sedikit gambaran bagaimana membangun motivasi belajar para siswa dengan cara yang elegan dan proporsional. Selamat membaca.

ESSAY

Peningkatan Motivasi Belajar Siswa Dalam Mencapai Efektivitas Pembelajaran

Efektivitas pembelajaran akan dapat diwujudkan oleh seorang guru apabila guru tersebut dapat memerankan perannya di dalam kelas dengan baik dan maksimal. Adapun peran penting seorang guru di dalam kelas adalah sebagai pendidik, pengajar, dan pelatih. Hal ini sesuai dengan tugas guru itu sendiri yaitu mendidik dalam arti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup (afektif), mengajar dalam arti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan (kognitif), dan melatih dalam arti mengembangkan keterampilan para siswa (psikomotorik). (Sukadi, 2006:17).

Dalam mengembangkan tugas-tugas tersebut, setiap guru perlu melakukan berbagai upaya untuk mewujudkan efektivitas pembelajaran. Adapun penulis berpandangan bahwa efektivitas pembelajaran adalah suatu kondisi dimana siswa dapat mengeluarkan segala potensinya dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.

Untuk dapat mewujudkan hal tersebut, salah satu upaya yang perlu dilakukan oleh setiap guru adalah membangun motivasi belajar para siswa. Motivasi belajar siswa yang tinggi akan merangsang siswa untuk mengembangkan potensinya dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Dalam membangun motivasi siswa, Sukadi (2006:37) mengungkapkan, “Motivasi siswa tidak muncul begitu saja, tetapi harus dibangkitkan atau dibangun”. Oleh karena itu, diperlukan berbagai upaya dalam membangun motivasi belajar siswa untuk mencapai efektivitas pembelajaran. Upaya-upaya tersebut dapat dilakuakn dengan cara sebagai berikut:

1. Menumbuhkan Jiwa Gembira Pada Anak

Setiap anak memiliki jiwa yang bersih – belum terpengaruh perasaan negatif seperti perasaan dendam, dengki, dan sebagainya- sehingga anak cenderung menyukai nuansa yang riang dan penuh kegembiraan. Untuk menciptakan kondisi tersebut hendaknya setiap guru menyapa setiap anak dengan perasaan senang, ramah, dan tenang. Mengawali kegiatan belajar dengan suasana riang akan membuat siswa termotivasi untuk giat belajar dan bersungguh-sungguh dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.

2. Siswa Dianggap Sahabat

Kerapkali di sekitar kita masih saja ada guru yang memperlakukan siswanya seperti seorang robot yang akan patuh dengan intruksi-intruksi formal dan baku. Hal ini tercermin dari kebiasaan buruk seorang guru yang memiliki konsep diri negatif, seperti suka memarahi siswa tanpa batas, berteriak dengan bahasa yang tidak layak, dan menghukum siswa melewati batas wajar. Perilaku-perilaku tersebut hendaknya dihentikan segera mungkin dan dikendalikan secara proporsional agar tidak menimbulkan adanya korban kekerasan di dalam dunia pendidikan.

Hal yang perlu dilakukan agar siswa mengikuti proses pembelajaran dengan efektif adalah dengan menganggap siswa sebagai sahabat. Setiap guru hendaknya memperlakukan siswa layaknya sahabat yang sangat berarti dalam kehidupan di kelas. Memandang mereka dengan penuh kasih sayang, mengajak mereka dengan penuh kelembutan, dan mengajari mereka dengan penuh cinta dan perasaan. Dari merekalah kita belajar berbagai hal tentang makna kehidupan. Sehingga mereka layak menjadi sahabat di kelas untuk berbagi pengalaman dan pengetahuan tentang apa yang kita ketahui dan tentang apa yang mereka inginkan di masa depan.

3. Menumbuhkan Jiwa Kompetisi

Hal ini dapat dilakukan dengan menciptakan persaingan di kelas seperti memberikan hadiah (reward) kepada siswa yang memiliki prestasi unggul. Hadiah tersebut dapat berupa materi seperti alat-alat tulis atau dapat bersifat ruhaniah seperti pemberian nilai lebih bagi siswa yang bersungguh-sungguh dalam mengikuti pembelajaran. Ataupun bisa berupa  pujian kepda siswa yang rajin mengumpulkan tugas dan memberikan tepuk tangan teman-teman sekelas atas pujian Anda. Hal ini dapat meningkatkan rasa percaya diri siswa untuk lebih maju dan meningkatkan harga diri siswa dengan eksistensinya di dalam keals sehingga keberadaannya diakui dan dihargai oleh teman-temannya.

Namun sebagai guru juga hendaknya berhati-hati dalam menciptakan persaingan di kelas agar tidak menimbulkan konflik. Karenanya, persaingan harus dalam batas wajar dan normal serta adil dan objektif dalam penilaian tanpa memandang status sosial di luar kelas, apakah ia seroang anak mentri, anak pejabat, anak seorang petani, pedagang, atau siapapun karena di kelas setiaps siswa memilki hak dan derajat yang sama di mata guru.

4. Menyamapaikan Target Pembelajaran

Pada dasarnya manusia itu akan termotivasi saat menghadapi sebuah tantangan. Begitu pula pada diri siswa. Agar motivasi siswa terbangun maka dapat diciptakan dengan menyampaikan target pembelajaran. Sebelum pelajaran dimulali, guru dapat menyampaikan tujuan pembelajaran dan target yang harus dicapai oleh siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran. Misalnya, pada mata pelajaran Fiqih Bab Wudlu. Guru menyampaikan target pembelajaran keapda siswa bahwa setelah materi dijelaskan, setiap siswa akan di tes satu persatu mempraktikkan cara berwudlu sesuai dengan materi yang disampaikan. Hal ini awalnya akan membuat siswa menjadi tegang. Namun perasaan tegang tersebut akan memicu konsentrasi siswa untuk mengikuti pembelajaran dengan sungguh-sungguh sehingga ia dapat memaksimalkan potensinya.

Dalam membuat tujuan/ target (tantangan) dalam kegiatan pembelajaran, Sukadi (2006:40) mengungkapkan ada 5 kriteria target yang harus dirumuskan, diantaranya:

a). Realistis yakni tujuan itu dapat tercapai oleh para siswa pada umumnya (tidak terlalu sulit dicapai).

b). Menantang yakni dapat membangkitkan semangat untuk mencapainya dan melahirkan rasa puas bila mampu mencapainya.

c). Berbatas waktu yakni waktunya dibatasi dalam kurun waktu tertentu.

d). Spesifik yakni bersifat khusus dan jelas sehingga dapat dimengerti.

e). Terukur ayakni dapat terukur bilamana tujuan telah tercapai.

5. Melakukan Penilaian

Motivasi belajar sisiwa akan terpacu apabila ia mengetahui bahwa tes akan dilakukan setelah kegiatan pembelajaran. Namun dalam melakukan penilaian ini, menurut Sukadi (2006:42) ada prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan, diantaranya:

a). Lakukan penilaian dengan alat penilaian yang valid dan reliable.

b). Lakukan penilaian secara objektif, jujur, dan bermakna.

c). Lakukan upaya tindak lanjut terhadap hasil penilaian, antara lain dengan cara membagikan hasil penialian, melakukan upaya perbaikan dan pengayaan, dan mempergunakan hasil penilaian untuk menunjukkan tingkat prestasi atau tingkat keberhasilan mereka.

d). Hindari penilaian dengan menggunakan kriteria senang tidak senang (like dislike).

e). Berikan reward yang proporsional kepada siswa yang mendapat nilai bagus (tinggi).

Penilaian juga harus dilakukan dengan teliti agar siswa merasa puas dan tidak meresa dikecewakan dengan hasil penilaian yang guru lakukan.

6. Memberikan Kesempatan untuk Berhasil

Setiap siswa ingin pekerjaannya mendapat nilai terbaik. Namun kemampuan siswa setiap individu berbeda-beda. Ada yang langsung dapat menyelesaikan soal dengan cepat dan benar dan ada pula yang dapat mengerjakan soal dengan waktu yang tidak sebentar dan jawaban yang kurang tepat. Di sinilah peran guru untuk mendidik mereka agar tidak putus asa dengan memberikan kesempatan kepada mereka untuk memperbaiki pekerjaan mereka dengan tambahan waktu. Hal ini akan melatih mereka untuk terus bangkit dari setiap kegagalan dan terus memperbaiki kesalah menuju kesempurnaan.

7. Menghargai Siswa

Setiap manusia ingin dihormati dan dihargai oleh siapapun. Tak terkecuali pada diri siswa. Apabila guru sudah tidak menghargai siswa dengan menyebutkan kekurangan siswa di depan teman-teman atau dengan mengatakan perkataan “bodoh” kepada siswa , maka hal ini malah akan membuat siswa merasa tidak dihargai dan dan menimbulkan pertentangan batin di dalam diri sisiwa. Tak jarang ada siswa yang berani menghina guru atau bahkan memanggil guru dengan sebutan yang tidak layak, barangkali itu dsebabkan karena perbuatan kita yang kerap dilakukan terhadap mereka.

Oleh karena itu, dalam hal ini penulis menekankan agar setiap guru memahami kondisi psikologis setiap individu yang selalu ingin dihargai twrmasuk para siswa bahkan saat ia berbuat salah pun tetap ingin dihargai dan ditegakkan keadilan seadil-adilnya dalam hal pemberian hukuman. Penghargaan seroang guru pun kepada siswa dapat berupa menjawab pertanyaan siswa dengan semaksimal kemampuan, mendengar permasalahan dan keluhan belajar mereka, menghargai kekurangan mereka, memahami kondisi mereka, dan melaksanakan tanggung jawab guru yang berdedikasi tinggi pada dunia pendidikan.

Agar motivsai belajar siswa terbangun, Sukadi (2006:44) mengungkapan ada beberapa hal yang perlu dilakukan diantaranya:

a). Memberikan pujian dan penghargaan terhadap mereka sekecil apapun.

b). Memperhatikan dan menanggapi gagasan, pikiran, pertanyaan, dan pendapat siswa dengan tulus.

c). Mengenali nama-nama siswa dan kelebihan mereka untuk tujuan pembelajaran.

d). Mau mengerti dan memahami kebutuhan siswa dalam proses pembelajaran.

e). Menghargai hasil pekerjaan siswa.

f). Tidak menghina, menghardik, atau mencela siswa di depan umum (teman-temannya).

g). Meluruskan siswa yang melakukan perlanggaran etika atau norma dengan cara-cara yang manusiawi (humanistik).

h). Berkata dan bersikap sopan, ramah, dan penuh kasih sayang kepada siswa.

i). Tempatkan siswa sebagai “orang penting”. Dengan cara ini kita akan melayani siswa secara optimal.

j). Berlaku adil dalam perlakuan, penilaian, dan sikap terhadap siswa.

Apabila guru dapat membangun motivasi belajar siswa dengan baik dan berkelanjutan, maka secara perlahan tapi pasti, efektivitas pembelajaran di dalam kelas dapat diwujudkan sehingga dapat menunjang hasil pembelajaran yang maksimal.[]

Cianjur, 21 Maret 2013

Tinggalkan komentar

Filed under Uncategorized

Tinggalkan komentar